Analisa Kelayakan Bisnis / Investasi


Analisis kelayakan bisnis adalah proses yang menentukan apakah ide bisnis entrepreneur dapat menjadi bisnis yang sukses. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah suatu ide bisnis layak direalisasikan.  Analisis kelayakan bisnis dapat dikaji dari empat aspek utama, yaitu produk dan jasa, industry dan pasar, organisasi dan keuangan. Sementara rencana bisnis merupakan alat perencanaan yang mengubah ide bisnis menjadi kenyataan. Rencana bisnis disusun berdasarkan studi kelayakan, tetapi memberikan gambaran yang lebih komprehensif dari pada studi kelayakan.


Payback Period
Pengertian Payback Period menurut Dian Wijayanto (2012:247) adalah periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment). Berdasarkan definisi dari Abdul Choliq dkk (2004), Payback Period adalah jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2004) Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceeds atau aliran kas netto (net cash flows).
Payback Period atau Periode Pengembalian Modal dapat dihitung dengan cara membagikan nilai investasi (cost of invesment) dengan aliran kas bersih yang masuk per tahun (annual net cash flow).

Rumus Payback Period
Berikut ini adalah rumus Payback Period (PP) :
Payback Period = Nilai Investasi / Kas Masuk Bersih
Catatan : Rumus ini mengasumsikan bahwa besarnya kas masuk bersih adalah sama pada setiap periode atau sama pada setiap tahunnya.

Contoh kasus perhitungan Payback Period
Manajemen PT. ABCD sedang mempertimbangkan pembelian mesin produksi komponen elektronika. Dengan membeli Mesin produksi yang berharga Rp. 250 juta ini, keuntungan atau pendapatan bersih didapat dari penambahan mesin tersebut adalah sebesar Rp. 70 juta pertahun. Berapakah Payback Period untuk Mesin Produksi ini?
Penyelesaian
Diketahui :
Nilai Investasi = Rp. 250.000.000,-
Kas Masuk Bersih = Rp. 70.000.000,-
Payback Period = ?
Payback Period = Nilai Investasi / Kas Masuk Bersih
Payback Period = Rp. 250.000.000,-/ Rp. 70.000.000,-
Payback Period = 3,57

Jadi Periode pengembalian modal atau payback period untuk mesin produksi tersebut adalah selama 3,57 tahun.

Pengertian B/C Ratio
B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) adalah ukuran perbandingan antara pendapatan dengan Total Biaya produksi (Cost = C). B berarti Benefit, sedangkan C berarti cost. Perhitungan b/c ratio ini dihitung dari tingkat suku bunga.
BCR = (Present Value dari Manfaat / Present Value dari Pengorbanan atau biaya)
Nilai sekarang atau present value adalah berapa nilai uang saat ini untuk nilai tertentu di masa yang akan datang. Sebagai gambaran adalah jika anda ingin memiliki uang sebesar 100 juta tiga tahun mendatang dengan tingkat inflasi 7% per tahun, maka berapa uang yang harus anda persiapkan dari sekarang?
Dengan menggunakan rumus present value, anda akan dapat menentukan berapa uang yang harus anda tabung untuk mendapatkan uang sebesar Rp.100 juta tiga tahun ke depan.

Nilai present value ini dapat kita hitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
PV = Fn/ ( 1 + r ) n
Dimana :
Fn = Future value ( nilai pada akhir tahun ke n )
PV = ( Nilai sekarang ( nilai pada tahun ke 0 )
r = Suku bunga
n = Jumlah Waktu ( tahun )

Sedangkan pengambilan keputusan terhadap kelayakan dapat dilihat dari nilai BCR yang ditentukan sebagai berikut :
Jika BCR ≥ 1, maka dikatakan bahwa benefit dari proyek tersebut lebih besar daripada pengorbanan yang dikeluarkan. Sehingga proyek tersebut dapat diterima atau layak (feasible).
Sebaliknya jika BCR <1 maka dikatakan bahwa benefit dari proyek tersebut lebih kecil daripada pengorbanannya atau proyek tersebut tidak layak (not feasible).

Contoh kasus:
PT ABCD ingin merenovasi bangunan apartemen yang mereka miliki dengan profit tahunan yang mereka harapkan sebesar $100.000 selama tiga tahun ke depan. Saat ini mereka mengeluarkan dana $50.000 untuk menyewa peralatan. Jika tingkat inflasi adalah 2% maka apakah gedung tersebut layak untuk direnovasi?
Penyelesaian :
Pertama kita perhitungkan dulu nilai Present Value sebagai berikut :
= ($100,000 / (1 + 0.02)^1) + ($100,000 / (1 + 0.02)^2) + ($100,00 / (1 + 0.02)^3)
= $288,388
Sedangkan BCR = $288,388/$50,000
= 5,77
Karena nilai BCR memiliki angka 5,77 yang nilainya lebih besar dari 1 maka kegiatan perusahaan untuk merenovasi apartemen dianggap dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang sehingga proyek ini layak untuk dijalankan

Net Present Value
Net Present Value atau sering disingkat dengan NPV adalah selisih antara nilai sekarang dari arus kas yang masuk dengan nilai sekarang dari arus kas yang keluar pada periode waktu tertentu. NPV atau Net Present Value ini mengestimasikan nilai sekarang pada suatu proyek, aset ataupun investasi berdasarkan arus kas masuk yang diharapkan pada masa depan dan arus kas keluar yang disesuaikan dengan suku bunga dan harga pembelian awal. Net Pressent Value menggunakan harga pembelian awal dan nilai waktu uang (time value of money) untuk menghitung nilai suatu aset. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa NPV adalah Nilai Sekarang dari Aset yang dikurangi dengan harga pembelian awal. NPV atau Net Present Value ini banyak digunakan dalam penganggaran modal untuk menganalisa profitabilitas dari sebuah proyek ataupun proyeksi investasi. Para pemilik modal ataupun manajemen perusahaan dapat menggunakan perhitungan NPV ini untuk mengevaluasi apakah akan berinvestasi atau tidak berinvestasi pada suatu proyek baru ataupun investasi pada pembelian aset baru. Dalam bahasa Indonesia, Net Present Value atau NPV ini disebut juga dengan “Nilai Bersih Sekarang” atau “Nilai Bersih Saat Ini”.

Rumus NPV (Net Present Value)

Dimana :
NPV = Net Present Value (dalam Rupiah)
Ct = Arus Kas per Tahun pada Periode t
C0 = Nilai Investasi awal pada tahun ke 0 (dalam Rupiah)
r = Suku Bunga atau discount Rate (dalam %)

Selain rumus NPV diatas, kita juga dapat menggunakan tabel PVIFA (Present Value Interest Factor for an Annuity) kemudian masukan hasilnya ke persamaan atau rumus NPV dibawah ini :
NPV = (Ct x PVIFA(r)(t)) – C0
Tabel FVIFA dapat dilihat pada gambar dibawah ini :


Contoh Kasus Perhitungan NPV (Net Present Value)
Manjemen Perusahaan AAZZ ingin membeli mesin produksi untuk meningkatkan jumlah produksi produknya. Harga Mesin produksi yang baru tersebut adalah sebesar Rp. 150 juta dengan suku bunga pinjaman sebesar 12% per tahun. Arus Kas yang masuk diestimasikan sekitar Rp. 50 juta per tahun selama 5 tahun. Apakah rencana investasi pembelian mesin produksi ini dapat dilanjutkan?
Penyelesaiannya :
Diketahui :
Ct = Rp. 50 juta
C0 = Rp. 150 juta
r = 12% (0,12)
Jawaban :
NPV = (C1/1+r) + (C2/(1+r)2) + (C3/(1+r)3) + (C3/(1+r)4) + (Ct/(1+r)t) – C0
NPV = ((50/1+0,12) + (50/1+0,12)2 + (50/1+0,12)3 + (50/1+0,12)4 + (50/1+0,12)5) – 150
NPV = (44,64 + 39,86 + 35,59 + 31,78 + 28,37) – 150
NPV = 180,24 – 150
NPV = 30,24
Jadi nilai NPV-nya adalah sebesar Rp. 30,24 juta.
Menggunakan Tabel PVIFA
Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa NPV juga dapat dihitung dengan mengggunakan tabel PVIFA. Jika kita memiliki tabel PVIFA ini, perhitungan NPV menjadi lebih mudah dan cepat.
Cara Membaca tabel PVIFA (Present Value Interest Factor for an Annuity) untuk menghitung NPV

Berdasarkan tabel PVIFA, angka yang didapat dari suku bunga 12% (r) dan periode 5 tahun (t) adalah sebesar 3.6048. Angka tersebut dimasukan ke rumus NPV dibawah ini :
NPV = (Ct x PVIFA(r)(t)) – C0
NPV = (50 x PVIFA(12%)(5)) – C0
NPV = (50 x 3,6048) – 150
NPV = 180,24 – 150
NPV = 30,24
Hasilnya juga sama dengan nilai NPV yang didapat dari rumus NPV pertama yaitu se30,24 atau Rp. 30,24 juta.

Analisis dan Penilaian NPV (Net Present Value)
Dari hasil perhitungan contoh soal kita diatas, nilai bersih saat ini atau nilai Net Present Value (NPV) adalah Positif dengan nilai sebesar Rp. 30,24 juta. Ini berarti Mesin Produksi yang bersangkutan dapat menghasilkan sekitar Rp. 30,24 juta setelah melunasi biaya pembelian mesin dan juga biaya bunga. Sesuai dengan perhitungan tersebut, maka dapat diputuskan bahwa rencana investasi pembelian mesin produksi baru dapat dilanjutkan.
Nilai NPV yang positif (NPV > 0) menunjukan bahwa penerimaan lebih besar dibandingkan dengan nilai yang diinvestasikan sedangkan nilai NPV negatif (NPV < 0) menandakan penerimaan lebih kecil dibandingkan dengan pengeluaran atau akan mengalami kerugian pada investasinya setelah mempertimbangkan Nilai Waktu Uang (Time Value of Money). Namun apabila hasil perhitungan NPV adalah Nol (NPV = 0), maka artinya investasi atau pembelian tersebut hanya balik modal (tidak untung dan tidak rugi).
Dan tentunya, Semakin besar angka positifnya, semakin besar pula penerimaan yang bisa didapatkannya. Oleh karena itu, perhitungan NPV ini tidak saja digunakan untuk mengevaluasi layak atau tidaknya untuk berinvestasi, namun juga digunakan untuk membandingkan investasi mana yang lebih baik jika terdapat dua pilihan investasi atau lebih.

Internal Rate of Return
Internal Rate of Return (IRR) adalah sebuah hasil yang sudah diperoleh dari sebuah proposal bisnis yakni diskontol atau pun discount rate yang kemudian menjadi sebuah present value yang berasal dari aliran kas yang masuk atau cash inflow yang merupakan investasi awal.
Rumus IRR ini sendiri bisa digunakan untuk membuat suatu peringkat usulan yang berasal dari investasi yakni dengan cara menggunakan tingkat pengembalian atau investasi yang bisa dihitung yakni dengan cara mencari tingkat diskonto yang menyamakan nilanya sekarang dari irus kas yang berhasil masuk ke dalam proyek yang diharapkan dengan suatu yang memiliki nilai sekarang biaya proyek atau sama dengan tingkat diskonto yang sudah membuat NVP sama dengan nol.
IRR bisa dijadikan sebuah indicator dari tingkat efisiensi dari suatu investasi, sebuah proyek maupun investasi bisa dilakukan jika ada sebuah laju pengembaliannya atau biasa disebut dengan rate of return yakni lebih besar dari laju pengembaliannya jika melakukan suatu investasi yang lainnya atau bunga deposito bank, reksadana dan lain sebagainya.
IRR memiliki fungsi untuk bisa digunakan dalam menentukan apakah benar jika investasi tersebut bisa dilakukan atau tidak hal ini dikarenaka biasanya digunakan dengan menggunakan acuan jika investasi yang sudah dilakukan harus lebih tinggi dari Minimum Acceptable Rate of Return atau yang disingkat dengan MARR.
MARR sendiri adalah suatu laju dari pemgembalian minimum dari suatu investasi yang berani dilakukan oleh investor.
Rumus IRR
Sebuah suku bunga IRR akan bisa diperoleh jika NVP = 0 atau maksudnya adalah suku bunga yang bisa diperoleh investasi yang memberikan NVP = 0, dengan syarat utama yakni IRR > dari suku bunga MARR nya.
Untuk bisa mendapatkan suatu hasil akhir dari sebuah perhitungan IRR maka anda harus mencari nilai dari discount rate yang akan menghasilkan NVP positif terlebih dahulu lalu kita akan mencari discount rate yang akan menghasilkan NVP negative.

Berikut ini adalah rumus IRR

Penjelasan :
IRR = Internal Rate of Return
i1 = Tingkat Diskonto yang akan menghasilkan NPV bernilai (+)
i2 = Tingkat Diskonto yang akan  menghasilkan NPV bernilai (-)
NPV1=Net Present Value yaitu bernilai positif
NPV2= Net Present Value yaitu bernilai negative
IRR mempunyai tiga buah nilai dimana pada masing – masing nilai tersebut mempunyai makna tersendiri terhadap suatu kriteria investasi
IRR < SOCC, artinya jika usaha atau proyek tersebut tidak layak secara financial.
IRR = SOCC, arinya jika suatu usaha atau proyek tersebut berada di dalam keadaan break point.
IRR > SOCC, artinya suatu usaha atau proyek tersebut layak secara financial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kekalahan yang sesungguhnya adalah Menyerah

Aspek Pemasaran dalam Berwirausaha